RSS

Kamis, 28 April 2011

Canda Rasulullah SAW bersama Ali RA

Pada suatu saat, ketika Ali bin Abi Thalib masih kanak- kanak, pernah makan kurma bersama-sama Rasulullah. Setiap kali mereka makan sebuah kurma, biji- biji sisanya mereka sisihkan di tempatnya masing- masing. Beberapa saat kemudian, Ali menyadari bahwa dia memakan terlalu banyak kurma. Biji- biji kurma sisa mereka menumpuk lebih banyak di sisi Ali dibandingkan di sisi Rasulullah. Maka Ali pun secara diam- diam memindahkan biji-biji kurma tersebut ke sisi Rasulullah. Ali pun berkata,

“ Wahai Nabi, engkau memakan kurma lebih banyak daripada aku. Lihatlah biji-biji kurma yang menumpuk di tempatmu.”
Nabi pun tertawa dan menjawab, 
“Ali, kamulah yang memakan lebih banyak kurma. Aku memakan kurma dan masih menyisakan biji-bijinya. Sedangkan engkau, memakan kurma berikut biji-bijinya. ”
(disarikan dari Sirah Nabi)
diambil dari : http://bint-barakwan.alawiyyin-indonesia.org/

Rabu, 27 April 2011

Kesederhanaan Rasulullah

Khalifah Umar bin Khattab pernah berkisah: "Aku masuk menemui Rasulullah saw yang sedang berbaring di atas sebuah tikar. Aku duduk di dekat beliau, lalu beliau menurunkan kain sarungnya. Terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku melayangkan pandang ke sekitar kamar beliau. Aku melihat segenggam gandum, kira-kira seberat satu sha', dan daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar, juga sehelai kulit binatang yang samakannya tidak sempurna. Seketika dua mataku meneteskan air mata tanpa dapat aku tahan melihat kesederhanaan beliau. Rasulullah saw bertanya: "Apakah yang membuatmu menangis, wahai Putra Khattab?" Aku menjawab: "Wahai Rasulullah bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar itu telah membekas di tubuhmu, dan di tempat ini aku tidak melihat yang lain daripada apa yang telah aku lihat. Sedangkan Raja Romawi dan Persia bergelimang buah-buahan dan harta, sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya, hanya ada dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini." Rasulullah saw lalu berkata:
"Wahai Putra Khattab, apakah kamu tidak rela jika akhirat menjadi bagian kita, dan dunia menjadi bagian mereka?" (HR. Muslim No. 3768, kitab at-Thalaq)